Saturday, September 1, 2012

shalat khusu'



Oleh : M Yusuf Arifin
Sesungguhnya Ibadah Shalat merupakan sebaik-baiknya amal, ia mempunyai kedudukan yang mulia di sisi Allah Subhânahu wa Ta’âla, ibadah inilah yang
membedakan antara orang mukmin dan kafir. Ia merupakan ibadah yang mampu
melebur dosa seseorang. Ketika seorang mukmin mengetahui betapa pentingnya  shalat dan begitu mulianya kedudukannya di sisi Allah Subhânahu
wa Ta’âla, maka tentu sebagai seorang muslim kita harus melaksanakannya sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah digariskan oleh aturanSyariat kita, yaitu Islam.Shalat khusyu’ merupakan
dambaan setiap kita, bahkan berbagai macam cara yang dilakukan seseorang untuk menggapai Shalat khusyu’, diantara mereka ada yang mematikan  lampu ketika shalat, ada yang memejamkan matanya, ada yang mengosongkan semua fikirannya, ada yang merasakan terbangnya rohnya ketika shalat, bahkan untuk menggapai kekhusyukan mereka membuat pelatihan-pelatihan shalat khusyu’. Tentunya semua hal ini menimbulkan suatu pertanyaan, apakah memang seperti itu shalat khusyu’? Apakah cara-cara seperti tersebut sudah sesuai menurut tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam? Insya Allah kita akan kupas kenapa pentingnya shalat khusyu’? Apa definisi khusyu’ ? Apa hukumnya dan apa kiat-kiat untuk menggapainya?

Pentingnya Khusyu’ dalam Shalat.
Khusyu’ merupakan perkara agung, cepat sirnanya dan jarang keberadaanya ditemukan, khususnya di akhir zaman ini yang penuh dengan berbagai macam fitnah dan godaan, baik godaan dari manusia maupun godaan dari syetan yang berupaya memalingkan manusia dari kekhusyukan.
Jauhnya manusia dari kekhusyukan dalam melaksanakan shalat, hal ini adalah benar adanya, bahkan seorang sahabat besar yang bernama Huzaifah ibnu Yaman radhiyallahu ‘anhu telah menggambarkan: “Yang pertama kali yang akan hilang dari agamamu adalah khusyuk’, dan hal yang terakhir yang akan hilang
dari agamamu adalah shalat.
Betapa banyak orang shalat tetapi tiada kebaikan padanya, hampir saja engkau memasuki masjid, sementara tidak ditemukan diantara mereka orang yang khusyuk.” (Madarijussalikin, Imam Ibnul Qayyim 1/521)
Bila kita tanyakan dan kita pantau shalat yang dilakukan oleh sebagian kaum muslimin, maka jawabannya adalah mereka jauh dari kekhusyukan. Fikiran mereka menerawang entah kemana, hati mereka lalai, bahkan was-was dari syetanpun muncul tatkala mereka melaksanakan shalat, Oleh karena itu pembahasan seputar tentang shalat khusyuk ini merupakan pembahasan yang sangat penting sekali, dan dibutuhkan oleh kaum muslimin yang ingin meningkatkan kualitas ibadah shalatnya. Dimana hal ini akan membawa mereka kepada kebahagian dan kemenangan, sebagaimana yang telah disebutkan Allah Subhânahu wa Ta’âla di dalam al-Qurân: “Sesungguhnya beruntunglah
orang-orang yang beriman, yaitu orang yang khusyu’ dalam shalatnya.”
(QS. al-Mu’minuun: 1-2)
Makna Khusyu’
Imam Ibnu Katsir rahimahullah dalam tafsirnya mengatakan bahwa Khusyu’ adalah: “Ketenangan, tuma’ninah, pelan-pelan, ketetapan hati, tawadhu’,
serta merasa takut dan selalu merasa diawasi oleh Allah Azza wa
Jalla.”
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan bahwa Khusyu’ adalah: “Menghadapnya hati di hadapan Robb Azza wa Jalla dengan sikap tunduk dan
rendah diri.” (Madarijusslikin 1/520 )
Definisi lain dari khusyu’ dalam shalat adalah: “Hadirnya hati di hadapan Allah Subhânahu wa Ta’âla, sambil mengkonsertasikan hati agar dekat kepada Allah Subhânahu wa Ta’âla, dengan demikian akan membuat hati tenang, tenangnya gerakan-gerakannya, beradab di hadapan Robbnya, konsentrasi terhadap apa yang dia katakan dan yang dilakukan dalam shalat dari awal sampai akhir, jauh dari was-was syaithan dan pemikiran yang jelek, dan ia merupakan ruh shalat.
Shalat yang tidak ada kekhusyukan adalah shalat yang tidak ada ruhnya.” (Tafsir Taisir Karimirrahman, oleh Syaikh Abdurrahman Nashir as-Sa’di)
Letak Khusyu’

Tempat khusyu’ adalah di hati, sedangkan buahnya akan tampak pada anggota badan. Anggota badan hanya akan mengikuti hati, jika kekhusyukan rusak akibat kelalaian dan kelengahan, serta was-was, maka rusaklah ‘ubudiyah anggota badan yang lain.
Sebab hati adalah ibarat raja, sedangkan anggota badan yang lainnya
sebagai pasukan dan bala tentaranya. Kepadanya-lah mereka ta’at dan
darinya-lah sumber segala perintah, jika sang raja dipecat dengan bentuk
hilangnya penghambaan hati, maka hilanglah rakyat yaitu anggota-anggota
badan.
Dengan demikian, menampakkan kekhusyukkan dengan anggota badan, atau melalui gerakan-gerakan, supaya orang menyangka bahwa si fulan khusyu’, maka hal itu adalah sikap yang tercela, sebab diantara tanda-tanda keikhlasan adalah menyembunyikan  kekhusyukan.
Suatu ketika Huzaifah bin Yaman radhiyallahu ‘anhu berkata: “Jauhilah oleh kalian kekhusyukan munafik, lalu ditanyakan kepadanya: Apa yang dimaksud kekhusyukan munafik? Ia menjawab: “Engkau melihat jasadnya khusyu’ sementara hatinya tidak”.
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah membagi khusyu’  kepada dua macam, yaitu khusyu’ nifaq dan khusyuk iman.
Khusyu’ nifaq adalah: “Khusyu’ yang tampak pada permukaan anggota badan saja dalam sifatnya, yang dipaksakan dan dibuat-buat, sementara hatinya tidak khusyuk.”
Khusyuk iman adalah: “Khusyuknya hati kepada Allah Subhânahu
wa Ta’âla dengan sikap mengagungkan, memuliakan, sikap tenang,
takut dan malu. Hatinya terbuka untuk Allah Subhânahu wa
Ta’âla, dengan keterbukaan yang diliputi kehinaan karena khawatir,
malu bercampur cinta menyaksikan nikmat-nikmat Allah Azza wa Jalla
dan kejahatan dirinya sendiri. Dengan demikian secara otomatis hati
menjadi khusyu’ yang kemudian diikuti khusyu’nya anggota badan.”
Hukum Khusyu’ dalam Shalat.
Menurut pendapat yang kuat, bahwa khusyu’ dalam shalat hukumnya wajib.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata dalam menafsirkan firman
Allah Ta’âla: “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, dan sesungguhnya yang demikian itu lebih berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’.” (QS. al-Baqarah: 45)
Beliau rahimahullah mengomentari ayat tersebut dengan mengatakan: “Ayat tersebut mengandung celaan atas orang-orang yang tidak khusyu’ dalam shalat, celaan tidak akan terjadi kecuali karena meninggalkan perkara-perkara penting atau wajib, atau karena keharaman yang dilakukan”.
Kemudian bila kita lihat dalam al-Qurân Allah Subhânahu wa Ta’âla menjelaskan
sifat-sifat calon penghuni surga firdaus: “Sungguh beruntunglah orang
yang beriman, yaitu mereka yang khusyu’ dalam shalatnya.” (QS. al-Mu’minuun: 1-2),
pada ayat ke 11 Allah Subhânahu wa Ta’âla memberikan isyarat, (bagi orang yang khusyu’), dengan mengatakan: “Mereka itulah, orang-orang yang mewarisi Surga Firdaus, mereka kekal di dalamnya.” (QS. al-Mu’minuun: 11)
Melalui ayat tersebut Allah Subhânahu wa Ta’âla mengabarkan bahwa mereka
(orang yang khusyu’) adalah calon pewaris Jannatul Firdaus.
Hal tersebut mengisyaratkan bahwa selain mereka tidak layak mewarisinya.
Meraih surga bagi seorang muslim hukumnya adalah wajib, maka jalan atau
wasilah untuk mencapai surga tersebut hukumnya juga wajib, dan shalat
yang khusyu’ hukumnya ikut menjadi wajib karena merupakan salah satu
sarana untuk meraih surga firdaus.
Kiat-Kiat Meraih Shalat Khusyu’ Menurut Tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
.
Dalam meraih shalat khusyu’ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memberikan kiat-kiat yang jelas, bahkan para ulama telah membuat bab-bab dalam kitab-kitab mereka, seperti Imam Ibnu Hajar al-Asqalani rahimahullah
membuat Bab Anjuran Khusyu’ dalam Shalat.
Syaikh Muhammad bin Sholeh al-Munajjid rahimahullah dalam kitab
beliau “33 Kiat Mencapai Khusyu’ dalam Shalat” menjelaskan; bahwa
untuk mencapai khusyu’ dalam shalat ada dua hal pokok yang perlu diperhatikan:
1. Memperhatikan hal-hal yang mendatangkan kekhusyukan dalam shalat.
2. Menolak hal-hal yang menghilangkan kekhusyukan dan melemahkannya.
>1. Memperhatikan hal-hal yang mendatangkan kekhusyukan dalam
Shalat :
Untuk mencapai hal-hal yang akan mendatangkan kekhusyukan ada beberapa kiat yang dijelaskan dalam hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
diantaranya:
a. Mempersiapkan diri sepenuhnya untuk shalat
Adapun bentuk-bentuk persiapannya yaitu: ikut menjawab azan yang dikumandangkan oleh muazin, kemudian diikuti dengan membaca do’a yang disyariatkan, bersiwak karena hal ini akan membersihkan mulut dan menyegarkannya, kemudian memakai pakaian yang baik dan bersih, sebagaimana firman Allah Ta’âla:
“Hai anak adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap memasuki masjid, makanlah dan minumlah. Jangan berlebihan, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebihan.” (QS. al-A’raaf: 31)
Diantara bentuk persiapan lain adalah berjalan ke masjid dengan penuh ketenangan dan tidak tergesa-gesa, lalu setelah sampai di depan masjid, maka masuk dengan membaca do’a dan keluar darinya juga membaca do’a, melaksanakan shalat sunnat Tahiyyatul masjid ketika telah berada di dalam masjid, merapatkan dan meluruskan shaf, karena syetan berupaya untuk mencari celah untuk ditempatinya dalam barisan shaf shalat.
Dengan melakukan bentuk persiapan tersebut maka Insya Allah akan membantu dalam kekhusyukan.
b. Tuma’ninah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu tuma’ninah dalam shalatnya, sehingga seluruh anggota badannya menempati posisi semula, bahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan orang yang buruk shalatnya supaya melakukan tuma’ninah sebagaimana sabda beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam: “Tidak sempurna shalat salah seorang diantara kalian, kecuali dengannya (tuma’ninah).”
Bahkan di dalam hadits yang lain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
menyamakan orang yang tidak tuima’ninah tersebut dengan orang yang
mencuri dalam shalatnya,
sebagaimana yang diriwayatkan oleh Qatadah radhiyallahu ‘anhu: “Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Seburuk-buruk pencurian yang dilakukan manusia adalah orang yang mencuri shalatnya.” Qatadah berkata: “Ya Rasulullah, bagaimana seseorang tersebut di katakan mencuri shalatnya? Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Ia tidak menyempurnakan ruku’ dan sujudnya.” (HR. Ahmad dan al-Hakim 1/229)
Orang yang tidak tuma’ninah dalam shalatnya, tentu tidak akan merasakan kekhusyukan, sebab menunaikan shalat dengan cepat akan menghilangkan kekhusyukan, sedangkan shalat seperti mematuk burung, maka hal itu akan menghilangkan pahala.
Oleh karena itulah karena pentingnya tuma’ninah, maka wajib bagi seorang muslim untuk tuma’ninah dalam shalatnya sehingga shalatnya diterima oleh Allah
Ta’âla.
C. Mengingat mati ketika shalat
Hal ini berdasarkan wasiat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Apabila
engkau shalat maka shalatlah seperti orang yang hendak berpisah (mati)”.
(HR. Ahmad V/412, Shahihul Jami’, no. 742)
Jelaslah bahwasanya hal ini akan mendorong setiap orang untuk bersungguh-sungguh dalam shalatnya, karena orang yang akan berpisah tentu akan merasa kehilangan dan tidak akan berjumpa kembali, sehingga akan muncul upaya dari dalam dirinya
untuk bersungguh-sungguh, dan hal ini seolah-olah baginya merupakan
kesempatan terakhir untuk shalat.
D. Menghayati makna bacaan shalat
Al-Qurân diturunkan agar direnungkan dan dihayati maknanya, sebagaimana firman-Nya Azza wa Jalla: “Ini adalah sebuah kitab yang kami turunkan kepadamu penuh berkah, supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran”. (QS. Shaad:
29)
Sikap penghayatan tidak akan terwujud kecuali dengan memahami makna swetiap yang kita baca.
Dengan memahami maknanya, maka seseorang akan dapat menghayati dan berfikir tentangnya, sehingga mengucurlah air matanya, karena pengaruh makna
yang mendalam sampai ke lubuk hatinya. Dalam hal ini Allah Subhânahu
wa Ta’âla berfirman: “Dan orang-orang yang apabila diberi peringatan dengan ayat-ayat Robb mereka, mereka tidaklah menghadapinya sebagai orang yang tuli dan buta”. (QS. al-Furqan: 73)
Di dalam ayat yang mulia ini Allah Subhânahu wa Ta’âla menjelaskan betapa
pentingnya memperhatikan makna dari ayat yang dibaca.
al-Imam Ibnu Jarir rahimahullah berkata: “Sesungguhnya saya sangat heran kepada orang yang membaca al-Qurân, sementara dia tidak mengetahui maknanya.
Bagaimana mungkin dia akan mendapatkan kelezatan ketika dia membacanya?
(Muqaddimah Tafsir at-Thobari karya Muhammad Syakir)
E. Membaca surat sambil berhenti pada tiap ayat
Hal ini merupakan kebiasaan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagaimana yang dikisahkan oleh Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha tentang bagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam membaca al-fatihah, yaitu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca Basmalah, kemudian berhenti, kemudian membaca ayat berikutnya lalu berhenti. Demikian seterusnya sampai selesai (HR. Abu Daud, no. 4001)
F. Membaca al-Qurân dengan tartil
Hal ini berdasarkan firman Allah Subhânahu wa Ta’âla: “Dan bacalah al-Qurân dengan perlahan-lahan”. (QS. al-Muzammil: 4)
Dan diriwayatkan dengan shahih bahwa bacaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam adalah perlahan-lahan serta satu huruf-satu huruf (Musnad
Ahmad 6/294 dengan sanad shahih, Shifatus sholah: 105)
Membaca dengan perlahan dan tartil lebih bisa membantu untuk merenungi ayat-ayat yang dibaca dan mendatangkan kekhusyu’an. Adapun membaca dengan ketergesa-gesaan akan menjauhkan hati dari kekhusyukan.
G. Meyakini bahwa Allah Subhânahu wa Ta’âla akan mengabulkan permintaannya ketika seorang hamba sedang melaksanakan shalat
Dalam hal ini Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam hadits Qudsi: “Allah Subhânahu wa Ta’âla berfirman:Aku membagi Shalatku dengan hamba-Ku-menjadi dua bagian, dan bagi hambaku setiap apa yang dia minta. Jika hamba-Ku mengucapkan Alhamdu lillahi Robbil’âlamin,
Allah Subhânahu wa Ta’âla berfirman:
hamba-Ku telah menyanjung-Ku. Jika ia mengucapkan Mâ likiyaumiddin,
Allah Subhânahu wa Ta’âla berfirman: Hamba-Ku telah memuliakan dan mengagungkan-Ku”. (Shahih Muslim, Kitabus Shalat, Bab Wajibnya Membaca al-Fatihah dalam Setiap Rakaat)
Hadits yang mulia ini menjelaskan kepada kita bahwa seseorang yang sedang melaksanakan shalat, yaitu ketika ia membaca al-Fatihah maka bacaan tersebut mendapat balasan langsung dari AllahAzza wa Jalla, maka ini akan menjadi pendorong kita dalam mencapai kekhusyukan.
H. Meletakkan sutrah.(tabir pembatas) dan mendekatkan diri kepadanya
Hal ini lebih bertujuan untuk memperpendek dan menjaga penglihatan orang yang sedang melaksankan Shalat, sekaligus menjaga dirinya dari syetan.
Disamping itu juga dapat menjauhkan diri dari lalu lalangnya orang yang lewat di sekitar kita, karena lewatnya orang lain secara hilir mudik dapat mengganggu kekhusyukan shalat.
Dalam hal ini Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Jika salah seorang diantara kalian melaksanakan Shalat dengan menggunakan tabir, maka hendaklah ia mendekat padanya, sehingga syetan tidak akan memotong Shalatnya”.(HR. Abu Daud, no. 446/1695)
Adapun jarak antara seseorang dengan tabir (sutrah) adalah tiga kali panjang lengan, dan antara tabir dengan tempat sujudnya adalah, seluas tempat lewatnya seekor kambing, sebagaimana yang banyak disebut dalam hadits-hadits shahih. (lihat Fathul Bari 1/574-579)
I. Meletakkan tangan kanan diatas tangan kiri di dada
“Adalah Rasulullah jika sedang Shalat,beliau meletakkan tangan kanan diatas tangan kiri”. (HR. Muslim )
Imam Ibnu Hajar rahimahullah berkata: “Para ulama berkata: Hikmah dari
sikap tersebut (meletakkan tangan kanan diatas tangan kiri di dada)-pen
merupakan bentuk sifat dari seseorang yang meminta-minta dengan perasaan
hina, sikap tersebut lebih mampu menghindarkan sifat main-main, dan
lebih dekat kepada kekhusyukan”. (lihat Fathul Bari 2/224)
J. Melihat kearah tempat sujud
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh ;Aisyah radhiyallahu ‘anha: “Adalah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam jika sedang shalat, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menundukkan kepala serta  mengarahkan pandangannya ke tanah (tempat sujud)”. (HR. al-Hakim 1/479, dia berkata shahih menurut syarat Bukhari dan Muslim, disepakati juga oleh al-Albani dalam buku shifatus Shalatin
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam hal 89)
Dari sini jelaslah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam Shalat melihat ke arah tempat sujud dan tidak memejamkan matanya, maka orang yang memejamkan matanya berarti amalannya bertentangan dengan sunnah.
K. Memohon perlindungan kepada Allah Subhânahu wa Ta’âla dari
godaan syetan
Godaan syetan akan selalu datang kepada siapa saja yang akan menghadap Allah Subhânahu wa Ta’âla, oleh karena itu seorang hamba hendaknya tegar dalam beribadah kepada Allah Ta’âla, seraya tetap melakukan amalan-amalan
zikir ataupun shalat,dan jangan sampai goyah, sebab dengan selalu menekuni
hal-hal tersebut,godaan dan tipu daya syetan akan hilang dengan sendirinya.
AllahAzza wa Jalla berfirman: “Sesungguhnya tipu daya syetan itu adalah lemah.(QS. an-Nisa’: 76)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Jika seorang diantara kalian berdiri shalat, maka datanglah syetan, kemudian ia mengacaukannya (mengacaukan shalatnya dan memasukkan padanya keraguan) sehingga tidak mengetahui berapa rakaat ia shalat. Jika salah seorang diantara kalian mendapati hal demikian, maka hendaklah ia bersujud dua kali ketika dia sedang
duduk”. (HR. Bukhari)
Itulah diantara hal-hal yang membantu kekhusyukan, yang tidak bisa kami sebutkan semuanya karena keterbatasan tempat, namun setidak-tidaknya ini sebagai suatu jalan bagi kita untuk menuju khusyu’.
Adapun faktor yang kedua dari hal-hal yang akan membawa kekhusyukan adalah dengan mengetahui penghalang-penghalang kekhusyukan dan menolaknya.

Adapun penghalang-penghalang kekhusyukan adalah sebagai berikut:
A. Menghilangkan sesuatu yang mengganggu di tempat shalat
Diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: “Adalah Aisyah rodhiyallahu anha memiliki selembar kain yang berwarna-warni yang digunakan untuk menutupi bagian samping rumahnya. Melihat itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadanya: “Hilangkan itu dari pandanganku,
sebab gambar-gambarnya selalu terbayang dan menggoda pandanganku pada
waktu shalat”. (HR. Bukhari/lihat Fathul Bari 10/391).
Dan termasuk perkara yang harus dihindari adalah Shalat di tempat lalu lalang manusia, tempat yang ramai dan gaduh serta berisik, di dekat orang yang sedang bercakap-cakap.
B.
Tidak shalat di tempat yang terlalu dingin atau terlalu panas, jika hal tersebut memungkinkanKarena hal ini jelas akan mengganggu kekhusyukan dalam shalat.
C. Menghindari shalat di dekat makanan yang disukai
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidak baik Shalat dilaksanakan di hadapan (di dekat) makanan yang telah dihidangkan”. (HR.
Muslim, no. 560).
Jika makanan yang telah dihidangkan dan berada dihadapannya, maka ia berhak mendahulukan makan, sebab jika ia tidak makan dan meninggalkannya (tidak makan terlebih dahulu), ia tidak akan merasa khusyu’ dan hatinya akan selalu teringat pada makanan tersebut, bahkan seyogyanya dia tidak tergesa-gesa dalam makannya sehingga betul-betul terpenuhi hajatnya.
D.Menghindari shalat dalam kondisi mengantuk
Diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda: “Jika salah seorang dari kalian merasa mengantuk dalam shalat, hendaklah ia tidur terlebih dahulu,
sehingga ia mengetahui apa yang diucapkannya”. (HR. Bukhari, no. 210)
E. Jangan shalat di belakang orang-orang yang bercakap-cakap ataupun tidur
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Janganlah Shalat di belakang orang yang sedang tidur dan juga orang-orang yang sedang bercakap-cakap”. (HR. Abu Daud, no. 694)
Karena suara orang-orang yang sedang bercakap-cakap dapat merusak konsentrasi seseorang yang sedang Shalat.
F. Menghindari shalat dalam keadaan menahan buang air besar ataupun kecil
Karena hal ini jelas akan mengganggu kekhusyukan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang seseorang shalat dalam kondisi Haaqin yaitu menahan buang air kecil dan besar. (HR. Ibnu Majah dalam Sunannya no. 617)
G. Tidak menyibukkan diri untuk membersihkan debu
H. Dimakruhkan mengusap dahi dan hidung dalam shalat

I. Tidak boleh mengganggu orang yang sedang shalat dengan mengeraskan bacaan

J. Tidak boleh menoleh ke kiri dan ke kanan ketika shalat
K. Tidak  mengarahkan pandangan ke langit
L. Jangan meludah ke depan ketika sedang shalat
M. Berusaha untuk tidak menguap ketika shalat
N. Tidak mencontoh gerakan atau tingkah laku binatang
Driwayatkan dalam hadits bahwasanya: “Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang tiga perkara dalam Shalat,
yaitu perilaku mematuk seperti burung gagak, duduk seperti duduknya
binatang buas, mengambil tempat tertentu sebagaimana unta mengambil
tempat duduknya (menderum)”. (HR. Ahmad 3/428)
Demikianlah beberapa kiat-kiat dalam meraih Shalat Khusyu, semoga dengan mengetahuinya akan mengantarkan kita menuju Shalat yang khusyu’, yang pada intinya sangat praktis, mudah dan ekonomis tanpa membutuhkan biaya yang besar. Wallahu a’lam


TRANSLATE IN ENGLISH :



 Prayer humility According to guidance the Prophet sallallaahu alaihi wa sallam

Posted on September 1, 2012Prayer humility According to guidance the Prophet sallallaahu alaihi wa sallamBy: M Yusuf ArifinIndeed, Worship Prayer is the best charity, he had a glorious position in the sight of Allah subhanahu wa ta'ala, worship is whatdistinguish between believers and unbelievers. He is able to worshipmelt one's sins. When a believer knows the importance of prayer, and so noble in the sight of Allah Subhanahu positionwa ta'ala, then of course, as Muslims we must executeaccordance with the provisions outlined by the rulesWe Sharia, Islam.Prayer humility is the desire of each of us, even the various ways a person to reach Prayers humility, among those who turned off the lights when there is prayer, there is a closed his eyes, there were empty all his thoughts, there is a feeling of flying spirit when praying, even to reach their humility made training prayers humility. Of course, all this raises a question as to whether such a prayer is humility? Whether such methods are appropriate under the guidance of the Prophet sallallaahu 'alaihiwa sallam? Insha Allah we will peel why the importance of prayer humility? What is the definition of humility? What is legal and what tips to reach?The importance of humility in prayer.Humility is a noble cause, rapid disappearance and existence rarely found, especially in the last days filled with various kinds of defamation and temptation, whether the temptation of the flesh and the temptations of the devil trying to turn people away from humility.Man away from humility in performing the prayer, it is true, even a great friend named Huzaifah ibn Yemen radi 'anhu has described: "The first thing that will be missing from your religion is the solemn', and the last thing that will be lostof religion is prayer.How many people praying but no kindness to him, almost alone you enter the mosque, while not found among those who fervently. "(Madarijussalikin, Imam Ibn Qayyim 1/521)When we ask, and we monitor the prayer made by some Muslims, then the answer is they are far from humility. Their minds wander somewhere, their hearts were negligent, even wary of syetanpun appear when they perform their prayers, therefore the discussion around about this fervent prayer is a very important discussion, and required by the Muslims who want to improve the quality of worship prayer. Where this will lead them to happiness and victory, as mentioned Allaah in the Qur'an: "Verily luckythose who believe, those who humility in prayer. "(Surah al-Mu'minuun: 1-2)Meaning humilityImam Ibn Kathir rahimahullah in his commentary says that humility is: "Peace, tuma'ninah, slowly, determination, tawadhu ',and feeling afraid and always being watched by Allah Azza waJalla. "Imam Ibn al-Qayyim rahimahullah said that humility is "heart to Him in the presence of Almighty Robb with subservience andlow self-esteem. "(Madarijusslikin 1/520)Another definition of humility in prayer is: "The presence of the liver in the presence of Allah subhanahu wa ta'ala, while mengkonsertasikan heart so close to Allah subhanahu wa ta'ala, thus will make the heart calm, calm movements, cultured in the presence of Robbnya , concentrate on what he said and that was done in the prayer from beginning to end, away from Shaytan anxiety and bad thoughts, and it is the spirit of prayer.Prayers were no absorption was praying that no soul. "(Tafsir Taisir Karimirrahman, by Shaykh 'Abd Nasir as-Sa'di)Location of humilityPlace of humility is in the heart, while the men will appear in the limbs. The limbs will only follow careful, if humility is damaged due to negligence and inadvertence, and misgivings, the corrupted "ubudiyah limb to another.Because the heart is like a king, while the other limbthe forces and his army. The one they obey him andit is the source of all order, if the king sacked the formloss of servitude liver, then there goes the people are membersbody.Thus, exposing kekhusyukkan the limbs, or through movements, so people think that the so and so humility, it is a disgraceful attitude, because among the signs of sincerity is hiding humility.Once Huzaifah bin Yemen radi 'anhu said: "Flee by your hypocritical humility, and asked him: What is hypocritical humility? He replied: "You look at his body humility while his heart is not".Imam Ibn al-Qayyim rahimahullah divide humility to two kinds of humility and reverent faith nifaq.Humility nifaq is "humility that appears on the surface of the limbs alone in nature, a forced and contrived, while his heart is not solemn."Solemn faith is: "Khusyuknya heart to Allah Subhanahuwa ta'ala with attitude glamorize, glorify, poise,fear and shame. Her heart is open to God Subhanahu waExalted, with openness humiliation overwhelmed with worry,shame mingled love watching the favors Allah Almightyand the crime itself. Thus automatically heartsa humility that followed khusyu'nya limbs. "Law humility in prayer.Strong opinion, that humility in prayer is obligatory.Shaykh al-Islam Ibn Taymiyyah rahimahullah said in interpreting the wordAllah, the Exalted: "Make your patience and prayers as helpers, and such indeed it was heavier, except for those whose humility." (Surat al-Baqara: 45)He rahimahullah commenting on this verse by saying: "This verse contains a reproach upon those who do not humility in prayer, reproach will not occur except for leaves important matters or mandatory, or because prohibition is done".Then when we look in the Quran Allaah explainedprospective nature of the heavenly paradise: "It is successful whowho believe, those who humility in prayer. "(Surat al-Mu'minuun: 1-2),at verse 11 Allaah give cues, (for those who khusyu '), saying: "They that, people who inherit Paradise Paradise, they will abide therein." (Surat al-Mu'minuun : 11)Through this verse Allaah reported that they(People whose humility) is the heir apparent Jannat Firdaus.This suggests that they are not worthy addition to inherit.Grabbing a haven for Muslim law is mandatory, then the road orwasilah to reach heaven is also obligatory, and prayerthe humility law come to be obligatory because it is onemeans to reach heaven paradise.Grabbing Tips tips Prayer humility According to guidance the Prophet sallallaahu 'alaihi wa sallam.In reaching prayer humility Prophet sallallaahu 'alaihi wa sallam gave tips are obvious, even the scholars have made the chapters in their books, such as Imam Ibn Hajar al-Asqalani rahimahullahmake Prompts Chapter humility in prayer.Shaykh Muhammad ibn al-Munajjid Sholeh rahimahullah in the bookHis "33 Ways of Achieving humility in Prayer" explains, thatto attain humility in prayer there are two main points to note:1. Pay attention to the things that bring humility in prayer.2. Rejecting the things that eliminates absorption and weaken.=> 1. Notice things that bring humility inPrayer:In order to achieve the things that will bring humility there are some tips that are described in the hadeeth of the Prophet sallallaahu 'alaihi wa sallam,include:a. Prepare yourself wholly to prayerThe forms of preparation are: help answer the call to prayer echoed by a muezzin, followed by reading the prescribed prayer, bersiwak as this will clean up and refresh, then wear a nice and clean, as the word of Allah Ta'ala:"Son of Adam, wear beautiful clothes in each entering the mosque, eat and drink. Do not overdo it, verily Allah loveth not excessive. "(Surat al-A'raf: 31)Among other forms of preparation are walking to the mosque with great tranquility and unhurried, and after arriving in front of the mosque, then entered the prayer and reading out of it also reads the prayer, praying sunnat Tahiyyatul mosque when he has been in the mosques, tighten and straighten the rows, because the devil trying to find a gap in the ranks to occupy the rows of prayer.By doing a form of preparation is then Insha Allah will aid in absorption.b. Tuma'ninahProphet sallallaahu 'alaihi wa sallam always tuma'ninah in prayer, so that all members of his original position, even the Prophet sallallaahu' alaihi wa sallam commanded a bad prayer so he did as the Prophet sallallaahu tuma'ninah'Alaihi wa sallam: "Not perfect prayer of one of you, except to him (tuma'ninah)."Even in another hadith the Prophet sallallaahu 'alaihi wa sallamtuima'ninah people who do not equate with thesteal in his prayer,as narrated by Qatadah radi 'anhu: "That the Prophet sallallaahu' alaihi wa sallam said:" As bad as the worst of thefts man is the one who stole his prayer. "Qatadah said:" O Messenger of Allah, how does one say stole it in prayer? He sallallaahu 'alaihi wa sallam said: "He was not perfected bowing and prostration." (Narrated by Ahmad and al-Hakim 1/229)People who do not tuma'ninah in prayer, would not feel humility, pray for will quickly eliminate absorption, while praying like a bird peck, then it would eliminate reward.Therefore, because of the importance tuma'ninah, then it is obligatory for a Muslim to tuma'ninah in prayer so that prayer is acceptable to GodExalted.C. Given the dead in prayerIt is based on wills Prophet sallallaahu 'alaihi wa sallam: "IfPray as you pray that someone wants to split up (dead) ".(Narrated by Ahmad V/412, Saheeh al-Jami ', no. 742)It is clear that this will encourage everyone to be serious about prayer, because people will split would have felt lost and will not meet again, so it will appear in its efforts ofto mean it, and it was as if herlast chance to pray.D. Appreciate the meaning of prayer readingsAl-Quran was revealed to be contemplated and internalized its meaning, as the word of His Almighty: "This is a book that we sent down to you full of blessings, so that they pay attention to these verses and learned that those who have the mind". (Surah Shaad:29)The attitude of appreciation will not be realized except by understanding the meaning of swetiap that we read.By understanding its meaning, then someone will be able to live and think about it, so mengucurlah tears, because of the significancedepth to the bottom of her heart. In this case Allah Subhanahuwa Ta'ala says: "And those who, when given a warning by Robb verses them, they did not deal with it as people who are deaf and blind." (Surat al-Furqan: 73)Within this noble verse Allaah describes howimportance of considering the meaning of the verse is read.Ibn Jarir al-Imam rahimahullah said: "Actually I was very surprised to someone who read the Koran, and he does not know the meaning.How could she get a delicacy when he read it?(Muqaddimah Tafsir at-work Thobari Muhammad Shakir)E. Reading the letter, stopping at each verseIt is the habit of the Prophet sallallaahu 'alaihi wa sallam, as narrated by Umm Salamah radi' anha about how the Prophet sallallaahu 'alaihi wa sallam in reading al-Fatihah, which he sallallaahu' alaihi wa sallam read Basmalah, then stop, then read the verse then the next stop. Continue until finished (Narrated by Abu Dawood, no. 4001)F. Reading the Koran with TartilThis is based on the word of Allaah: "And read the Quran slowly". (Surat al-Muzammil: 4)And narrated a hadeeth that reading the Prophet sallallaahu 'alaihiwa sallam is slowly and one letter-a letter (MusnadAhmad 6/294 with a saheeh isnaad, Shifatus Sholah: 105)Read more Tartil slowly and can help to reflect on the verses read and bring kekhusyu'an. The reading with haste will alienate the hearts of humility.G. Believing that Allaah will grant the request when a slave was SalaahIn this regard the Prophet sallallaahu 'alaihi wa sallam said in a hadith Qudsi: "Allah subhanahu wa ta'ala says: I share my prayers with my servant-half, and for every servant what he's asking. If My servants to say Alhamdu lillahi Robbil'âlamin,Allah subhanahu wa ta'ala says:My servant has praised Me. When he uttered likiyaumiddin MA,Allah subhanahu wa ta'ala says: My servant has glorified and glorify Me ". (Saheeh Muslim, Kitabus Prayer, Chapter mandatory reading al-Fatiha in every cycles)This noble hadith tells us that a person who is praying, when he read al-Fatiha then the text got a reply directly from AllahAzza wa Jalla, then this will be our driving force in achieving humility.H. Putting sutrah. (Curtain divider) and get closer to himIt is more aimed to shorten and keep the vision of people who are melaksankan Prayer, while keeping himself from satan.Besides, it also can keep away from the past lalangnya people passing around us, since the passage of others up and down to disrupt the absorption of prayer.In this regard the Prophet sallallaahu 'alaihi wa sallam said: "When any one of you perform prayers by using sunscreen, then let him close to her, so that satan will not cut Prayer." (Narrated by Abu Dawood, no. 446/1695)The distance between a person with sunscreen (sutrah) is three times the length of the arm, and the veil with a prostration is, an area where the passage of a goat, as mentioned in many authentic hadiths. (See Fathul Bari 1/574-579)I. Placing the right hand over the left hand on the chest"It is the Messenger if it is prayer, he put his right hand over the left hand". (Narrated by Muslim)Imam Ibn Hajar rahimahullah said: "The scholars said: Lessons fromattitude (put your right hand over your left hand on chest)-penis the adjectival form of someone who beg with feelinghina, attitudes are more able to prevent playful nature, andcloser to humility ". (See Fathul Bari 2/224)J. Looking towards the place prostrationIn a hadith narrated by; Aisha radi 'anha: "It isProphet sallallaahu 'alaihi wa sallam when he was praying, he sallallaahu' alaihi wa sallam and his eyes lowered his head to the ground (the bow) ". (Narrated by al-Hakim 1/479, he said saheeh according to the condition of Bukhari and Muslim, agreed also by al-Albani in his shifatus ShalatinThe Prophet sallallaahu 'alaihi wa sallam case 89)From this it is clear that the Prophet sallallaahu 'alaihi wa sallam in Prayer look toward the bow and closed his eyes, then the person who closes his eyes meant deeds contrary to the Sunnah.K. Seek refuge in Allah SWT fromtemptations of satanThe temptation satan will always come to those who will face Allah subhanahu wa ta'ala, therefore a servant should be strong in worship to Allah Ta'ala, while still doing deeds-deedsremembrance or prayer, and do not waver, because by always pursuethese things, seduction and deception satan will disappear by itself.AllahAzza wa Jalla says: "Verily, Shaytan's trickery is weak. (Surat an-Nisa ': 76)Prophet sallallaahu 'alaihi wa sallam said: "If one of you standing in prayer, then came the devil, and then he blew it (screwed prayer and put him doubt) so do not know how many cycles he prayed. If one of you find it so, then let him prostrate two times when he wassit ". (Narrated by Bukhari)That is among the things that help absorption, which we can not tell everything because of space constraints, but at least as a way for us to get to humility.As for the second factor of the things that will bring humility is to understand the barriers and resist absorption.The absorption barriers are as follows:A. Eliminate anything that interferes in a prayerIt was narrated from Anas ibn Malik radi 'anhu, he said: "It is Aisha rodhiyallahu anha have a piece of colorful cloth used to cover the side of the house. Seeing that the Prophet sallallaahu 'alaihi wa sallam said to him: "Remove it from my sight,because the pictures always imagined and seductive gaze toprayer time ". (Narrated by Bukhari / see Fathul Bari 10/391).And includes cases that must be avoided is the prayer at passing people, a crowded and rowdy and noisy, near people who are conversing.B.Do not pray in a too cold or too hot, if it memungkinkanKarena this will obviously interfere with the absorption of prayers.C. Avoid praying near the preferred foodProphet sallallaahu 'alaihi wa sallam said: "It is not good prayers conducted in the presence of (near) the food has been served". (Narrated byMuslim, no. 560).If the food has been served and were in front of him, then he is entitled to prioritize eating, because if he does not eat and leave (do not eat it first), he will not feel humility and his heart will always be remembered in these foods, even should he not rush haste in eating that truly met his business.D.Menghindari prayers in a state of drowsinessIt was narrated from Anas ibn Malik radi 'anhu that the Prophet sallallaahu'Alaihi wa sallam said: "If any one of you feels drowsy in prayer, let him sleep first,so he knew what he was saying. " (Narrated by al-Bukhari, no. 210)E. Do not pray behind people talking or sleepingProphet sallallaahu 'alaihi wa sallam said: "Do not Pray on the back of a sleeping person and also the people in the conversation." (Narrated by Abu Dawood, no. 694)Because the sound of people conversing can damage a person's concentration is prayer.F. Avoid praying in a state of hold small or large bowelSince this will obviously interfere with absorption. Prophet sallallaahu 'alaihi wa sallam forbade praying person is detained in conditions Haaqin urination and large. (Narrated by Ibn Majah in his Sunan no. 617)G. Not concern themselves to dustH. Dimakruhkan rubbed his forehead and nose in prayerI. Should not interfere with those who are praying with hardened readingJ. It should not be turned to the left and to the right when the prayerK. No direct view to the skyL. Do not spit into the future while prayingM. Trying not to yawn when prayingN. Do not imitate the movements or behavior of animalsDriwayatkan in a hadith that: "The Messengersallallaahu 'alaihi wa sallam forbade three things in prayer,ie like a crow pecking behavior, such as sitting seatbeast, taking a particular place as camels takeseat (rumble) ". (Narrated by Ahmad 3/428)So some tips to achieve Prayer humility, hope to know it will take us into a prayer humility, which in essence is very practical, easily and economically without costly. Allaah knows best

No comments:

Post a Comment